Mengulik Arca Agastya di Pendopo Ronggo Hadi Negoro Blitar

Ufuktimur.com – Arca Agastya, merupakan kelompok benda diduga cagar budaya yang dulu menjadi koleksi Bupati Blitar.

Arca tersebut, sempat dipindahkan ke Museum Penataran bersama peninggalan cagar budaya lainnya pada Juni 1998.

Selang tiga bulan setelah proses pemindahan, tepatnya pada September 1998, arca itu dibawa kembali ke tempat asalnya di Pendopo Ronggo Hadi Negoro.

Menurut pengakuan dari beberapa juru kunci yang merawat arca tersebut, mereka mendapatkan petunjuk spiritual dan firasat.

Bahwa arca ini tidak ingin diletakkan di Museum Penataran, tujuannya agar tetap dapat menjaga lingkungan pendopo.

Secara filosofis, Arca Agastya lambang kemakmuran dan keseimbangan, karena itu keberadaan arca di kawasan pendopo sangatlah penting.

Saat ini arca diletakkan di sisi barat pendopo (belakang kantor Satpol PP), dengan atap dan pagar pelindung yang mengelilinginya.

Arca Agastya digambarkan berwujud pria tua gemuk, berdiri tegap. Arca Agastya memiliki tinggi 90 centimeter (cm), lebar 50 cm dan tebal 20 cm.

Peninggalan bersejarah itu, terbuat dari batu andesit tunggal yang ditemukan dalam kondisi pecah pada bagian stela sisi kanan atas. Saat ini, bagian sandaran arca bagian kanan atas hilang, terdapat rompal pada bagian hidung.

Arca digambarkan tenang, ditandai berupa penggambaran raut arca teduh, alis tipis, mata setengah terbuka dan bibir tebal berkumis serta jambang lebat yang menandai tokoh pria tua.

Sedangkan bagian badan, digambarkan gemuk dengan perut membuncit (lambhodara) sebagai ciri khas penggambaran Dewa Agastya.

Selain itu, terdapat atribut pada arca Agastya. Antara lain: sinar kedewaan berbentuk lingkaran di belakang kepala, tangan kanan memegang tasbih dan tangan kiri memegang kendi.

Terdapat juga pengusir lalat di pundak kanan arca. Busana dan perhiasan pada Agastya cukup kaya yang digambarkan memakai jatamakuta dilengkapi dengan jamang.

Kemudian, ada sumping berbentuk bunga tumpang – tindih dengan ujung kelopak lancip yang disematkan di atas kedua telinga arca.

Dipahatkan memakai anting-anting berbentuk manik-manik lonjong, kalung ganda bermotif perpaduan sulur-suluran dan permata.

Lalu, tali kasta dua (berupa rangkain tali berhias sulur-suluran dan kain yang dilipat) diselempangkan dari bahu kanan atas ke pinggang kiri bawah.

Kelat bahu bermotif perpaduan sulur-suluran dan permata, ikat dada bermotif sulur-suluran, ikat pinggang berupa kain yang dilipat, selendang atau sampur menjuntai di depan paha dan kain yang menutupi pusar hingga mata kaki arca. (**)

sumber: cagarbudayajatim.com